PENEMU MESIN DIESEL, CIKAL BAKAL TRUK
Nordhoff, Porsche, Jerman punya pahlawan otomotif lainnya yaitu
Rudolf Diesel. Salah satu 'benteng pertahanan terakhir' dari industri mobil
Eropa adalah mobil diesel. Sampai sekarang, untuk mobil diesel ukuran kecil,
Eropa adalah biangnya. Kalo untuk minuman berenergi, maka ekstra joss biangnya,
eit, kok jadi belok ke iklan.
VW juga banyak 'hutang budi' pada Diesel. Dulunya VW gak pernah
nyolek diesel sedikitpun, tapi lalu banyak riset di sektor itu, sehingga
kemudian sukses jadi pengembang mesin diesel yang unggul, atau bahkan salah
satu yang terunggul di dunia untuk diesel canggih.
Ketika bisnis VW sempoyongan di AS (dan di dunia pada umumnya)
karena era Beetle klasik sudah memasuki magrib, VW mengandalkan Golf (atau di
Amerika dikenal sebagai Rabbit). Golf (bensin) ternyata lumayan sukses, membawa
VW pada kebangkitan internasional yang kedua. Belakangan, VW memperkenalkan
juga Golf Diesel. Golf diesel ini penting juga kontribusinya bagi kocek VW.
Selain Rabbit (Golf model hatchback), di Amerika pertengahan 70-an itu juga
diperkenalkan Golf pickup (disebut VW Caddy waktu itu atau belakangan disebut
VW Pickup Truck). Uniknya, hampir semua VW pickup yang terjual di Amerika
bermesin diesel.
Sekarang ini, akhir 2004, di Eropa penjualan VW diesel juga sudah
mulai lebih dominan dari VW bensin (seperti juga di mobil-mobil Jerman lain
seperti Mercedez Benz). Oleh karena itu tidak salah kiranya bila disebutkan
Rudolf Diesel si penemu mesin diesel sebagai salah satu orang penting di
khasanah per volkswagenan.
Siapakah Rudolf Diesel itu? Lha, ini gaya bahasa penulis klasik.
Udah tahu, kok nanya. Udah jelas dia adalah penemu mesin diesel, tapi gimana
perjalanan hidupnya, berikut ini secara ringkas dongengnya.
Satu hal yang menonjol dari Rudolf Diesel, dia suka banget dengan
hukum termodinamika. Jarang banget nih orang kayak begini kita temui
sehari-hari. Kalo saya sih terus terang seringnya lihat orang yang suka
bangetnya itu kalo lihat cewek cantik. Bukan berarti Rudolf Diesel gak doyan
cewek. Konon setelah kaya dari hasil penemuannya, Diesel doyan banget hura-hura
dan pesta-pesta. Detilnya gimana saya juga gak tahu, tapi masak sih, hura-hura
dan pesta cuma ditemani para pegawai, pembokat, ternak-ternak kambing, domba,
ayam, sapi, dan rumput jerami, kayaknya enggak lah ya.
Rudolf Diesel melihat potensi hukum termodinamika sebagai jalan
atau alat untuk merubah masyarakat, sebagai alat untuk melindungi kaum dhuafa
(ciah, maksudnya usaha kecil) dari terlibas oleh bisnis-bisnis besar.
Diesel lahir di Paris (Perancis tentunya, masak iya Banten!).
Ayahnya pedagang kulit. Lalu ketika mahasiswa, Diesel sekolah di Munich
Polytechnic orang bilang " he was a sort of renaissance man". Dia
menyukai seni, linguistik, sastra dan sebangsanya, dan suka teori sosial dan
pembangunan, dan sebangsanya itu. Pendeknya, asal ngomong soal yang gitu-gitu,
dia suka aja bawaannya. Walaupun sekolahnya engineering.
Rudolf (Rudi?) Diesel melihat bagaimana pabrik-pabrik besar, yang
punya modal besar (kalo pabriknya besar, modalnya kecil, sih berarti mau
bangkrut), berinvestasi pada mesin-mesin uap besar untuk menggerakkan peralatan
pabriknya. Usaha-usaha kecil (yang modalnya tentu juga kecil, gak usah
diomongin lagi), sulit mengimbangi yang beginian. Mereka tidak punya modal buat
beli mesin uap besar, dan juga mungkin tidak butuh mesin uap besar. Cuma, tanpa
mesin itu, jadi ada ketimpangan teknologi. Perusahaan besar bisa efisien dan
produktifitasnya tinggi, terlibaslah usaha-usaha kecil.
Mesin uap gak ada yang kecil dan murah (kalo kecil sih namanya
ngerebus air, kali ya). Jadi perlu ada alternatif, bagaimana usaha kecil bisa
mengimbangi yang besar.
Gimana usaha kecil mengatasi tekanan besar itu? Menurut Rudi
(Diesel) satu-satunya cara adalah dengan memiliki sumber energi yang gampang
beradaptasi dengan keperluan mereka.
Saat itu mesin uap punya mechanical efficiency 10%, lalu Diesel
cari akal untuk mengaplikasikan tiga hukum termodinamika (dasar) menjadi mesin
yang dapat memanfaatkan energi secara lebih efisien.
Ngomong sih gampang, tapi merealisasikannya sulit, bo. Kalo
gampang sih, udah dulu-dulu ditemuin orang lain kali ya. Jadilah hal tersebut
obsesi si Rudolf Diesel muda selama beberapa lama.
Suatu hari, Diesel mengamati suatu keanehan: korek api pneumatic!
Dimana anehnya? Bagi orang yang gak punya obsesi apa-apa sih mungkin biasa aja,
tapi ini bukan orang kebanyakan, ini Rudolf Diesel.
Bahan bakar dalam jumlah kecil berada di tabung gelas yang kecil.
Dengan sebuah piston, udara di tabung dimampatkan, lalu bisalah bahan bakar itu
nyala. Ting, muncul ide brilian di kepala si Rudolf Diesel. Mungkin sebenernya
sih gak gitu kali ya, obsesi itu berkembang terus, dan terus di alam bawah
sadar Diesel, lalu akhirnya tercetus menjadi ide konkrit karena dipicu oleh
saat dia melihat korek api pneumatik itu. Jadi bahan bakar itu bukan
dipicu/dibakar dengan pemantik, tapi terbakar dengan sendirinya karena tekanan
ekstra tinggi yang menurunkan titik bakarnya.
Tahun 1885 Diesel bikin laboratorium di Paris, lalu mendapatkan
patent pertamanya 1892.
Agustus 1893 dia pergi ke Augsburg, Germany, di situ dia
mempertontonkan "the forerunner of MAN AG" (Maschinenfabrik
Augsburg-Nuerenberg), sebuah silinder besi sepanjang tiga meter yang dilengkapi
sebuah piston penggerak sebuah flywheel.
Itu adalah mesin termodinamik ekonomis pengganti mesin uap. Diesel
menyebutnya sebuah "atmospheric gas engine", tapi namanya terus
dilupakan orang.
Diesel kerja terus. Pada malam tahun baru 1896, dia kembali dengan
bangga memamerkan sebuah mesin yang secara teoritis memiliki efisiensi 75,6%!
Bayangkan bedanya dengan mesin uap yang cuma 10%-an.
Teori dengan praktek beda, semua orang tahu. Dalam prakteknya,
teori diesel tidak bisa direalisasikan sepenuhnya. Walau begitu, mesin (bikinan
Diesel) tidak bisa disamai mesin-mesin lain pada waktu itu. Demikian pula,
sampai sekarang, tidak ada mesin bakar (termodinamik) yang bisa menyamai
(apalagi melebihi) mesin diesel.
Mesin yang terbakar sendiri tanpa disulut
("self-igniting") merupakan sensasi abad itu. Walau begitu impian
Rudi Diesel untuk memungkinkan orang kecil mampu berhadapan dengan perusahaan
besar tidak terealisasi.
Masalahnya apa? Ya, setelah ada teknologi baru, yang
mengaplikasikan besar-besaran ternyata toh juga industri-industri besar, juga.
Gak mungkin kan Diesel bikin mesin, cuma boleh dibeli dan dipake oleh wong
cilik, dagang mesin kok diskriminatif, emangnya apaan. Sebagai akibat dari
penemuannya itu, Diesel jadi sangat kaya dari royalti-royalti yang dia terima
atas mesin penemuannya itu.
Dari seantero dunia, uang mengalir kenceng ke koceknya begitu
mesin-mesinnya menjadi standar utamanya untuk sumber tenaga kapal-kapal,
pembangkit listrik, pompa-pompa dan bor minyak. Enak tenan. Di sinilah enaknya
orang yang sukanya termodinamika (dan cewek cantik). Kalo yang sukanya cewek
cantik doang, paling ujung-ujungnya jadi event organizer atau produser
sinetron, dan persaingan di bisnis itu sekarang pedes, jadi gak bisa kaya
sekali seperti Rudolf Diesel.
Tahun 1908 Diesel dan the Swiss mechanical firm of Saurer
menciptakan mesin yang muternya lebih cepet sampai bisa mencapai 800 rpm. Toh
industri otomotif agak lambat mengadopsi mesin diesel dan terus saja sejak abad
19 sampai awal abad 20 pake mesin bensin dan sebangsanya yang mesti disulut
dulu untuk terbakar.
Industri otomotif yang pertama mengaplikasikan mesin diesel adalah
MAN di tahun 1924, jadi kira-kira 10 tahun sebelum Porsche bikin Volkswagen
kodok. Tahun 1924 itulah muncul sebuah truk MAN sebagai truk pertama dan
kendaraan darat pertama yang pakai mesin diesel.
Pada periode yang kira-kira sama, Benz & Cie di Jerman juga
memunculkan truk diesel. Cuma Benz pakai mixing chamber (ruang pencampuran)
yang terus dipakai Daimler-Benz sampai 1990-an. Mercedes-Benz diesel pertama
meluncur di jalan tahun 1936, hampir bersamaan dengan prototipe Volkswagen.
Dengan kekayaan berlimpah itu, foya-foyalah Rudolph Diesel dan
hidupnya penuh hura-hura dan kegembiraan. Ini memang ironi dunia. Orang yang
banyak mikiri orang kecil, pengusaha kecil, industri kecil, malah jadi super
kaya, dan duitnya itu ternyata asalnya dari orang-orang kaya dan industri
besar.
Sayang, Rudolph Diesel tidak cukup panjang umur untuk melihat
penemuannya berjaya di industri otomotif. Dia meninggal tenggelam di selat
Inggris tahun 1913. Kisah soal meninggalnya mungkin seru juga, tapi rasanya
bukan di sini tempatnya.
Sekarang, pengembangan mesin diesel ada dimana-mana, di Jepang,
Amerika, Eropa, dan bahkan di negara-negara yang kurang begitu maju pun ada
yang sudah bisa membuatnya secara masal. Dari yang semula serba besar dan
banyak kelemahannya dibanding mesin bensin untuk mesin mobil, lama-lama makin
canggih.
Volkswagen termasuk terdepan dalam riset mesin diesel. Sekarang
mesin diesel turbo injeksi langsung (TDI, Turbo-Direct-Injection) VW berukuran
1,9 liter sebagai mesin kecil yang unggul. Bahkan VW membuat mesin-mesin diesel
canggih yang lebih kecil lagi ukurannya dari 1,9 liter.
Kesampaian juga cita-cita Rudolf Diesel untuk menyebarkan mesin
kecil murah yang terjangkau perorangan. Bagi VW sendiri, adanya mesin-mesin
diesel canggihnya menjadi salah satu andalannya dalam bersaing di dunia
otomotif. Hampir semua produk-produk andalah VW masa kini dilengkapi opsi mesin
diesel TDI (atau mungkin nanti yang lebih canggih dari itu), antara lain: Golf,
Bora, Passat, Multivan, Touareg, dan seterusnya, bahkan si kecil Lupo pun bisa
dipasangi diesel.
Selain kualitas pembuatan (fisik mobil), sejak dulu VW selalu
mengandalkan kualitas mesin. Dulu bersandar pada mesin kuno air-cooled
rear-mounted, sekarang pada mesin diesel dan bensin generasi baru (antara lain
mesin bensin FSI yang sedikit banyak juga diilhami oleh beberapa teknik tingkat
tinggi di mesin diesel). (YW).
Komentar
Posting Komentar